Selasa, 12 Mei 2015

LAHIRNYA 'KELANA LANGIT'

Kaji kitab rutin malam Sabtu-an pun dimulai kembali (08 Mei 2015) setelah hampir dua minggu libur. Saya tidak bisa hadir mendampingi jamaah mesjid membaca kitab gundul, karena diamanahi Kelana Cahaya Tour mendampingi jamaah umrah sejak 22 April 2015 sampai 01 Mei 2015.  

Ada yang menggembirakan pada pertemuan malam Sabtu-an tersebut. Beberapa jamaah sepuh mulai berani membaca kitab tak berharakat. Padahal beberapa pertemuan ke belakang tulisan Arab gundul masih asing sama sekali bagi mereka. 

"Saya coba ya ustadz. Tapi tegur saya kalau salah baca." Salah seorang jamaah yang pernah  tinggal lama di Saudi Arabia menjadi tenaga kerja Indonesia pun mulai membaca.

"Mangga, insya Allah Pak Haji. Untuk itulah saya hadir di sini."

Jawab saya semangat. Saya terharu mendengarnya.Berani membaca saja sudah menjadi satu kebanggaan bagi saya. 

Saya pun mengingatkan kunci utama dalam membaca kitab gundul. Diantaranya, kalau ada huruf jar (min, ila, li, 'ala, dsb) masuk pada satu kalimat, jangan ragu untuk men-jar-kan. Umumnya, ciri jar-nya adalah kasrah.
Beberapa kali saya simak, alhamdulillah mereka dapat mempraktikkannya dengan mudah. 

Jumlah anggota kami tidak lebih dari 10 orang. Bagi kami saat ini, jumlah tidak terlalu penting. Sebab yang terpenting adalah konsistensi. Saya sendiri sudah berkomitmen, bahkan satu atau dua orang pun yang hadir, baca kitab akan terus berjalan. 


***
Sepulang ke rumah, saya menceritakan semangat bapak-bapak tersebut pada istri. Dia pun tersenyum senang dan mendukung baca kitab rutin malam Sabtu-an kami.

Di sela-sela obrolan, istri menanyakan sekaligus menyarankan nama kelompok baca kitab kami. 

"Iya ya, kenapa tidak terpikir dari awal." Saya pun menyesalkan kenapa tidak dari dulu terbetik ide nama ini.

Tapi saya beralasan sendiri, karena pada awalnya saya mengkhawatirkan apakah kelompok kami ini akan konsisten diikuti para jamaah atau tidak. Saat saya optimis atas semangat bapak-bapak jamaah yang sangat tinggi, dan istri saya menyarankan nama kelompok ini, pucuk dicinta, ulam pun tiba.
"Apa ya nama yang menarik?"

"Bagaimana kalau KELANA LANGIT?" Istri saya menyodorkan nama. 

"Jadi kelompok ini diharapkan bisa menjadi pengelana dalam mencari hikmah-hikmah dari langit dengan cara mengikuti kajian kitab ini. Mudah-mudahan, para anggota pun kelak dapat bersahabat dengan para penghuni langit."

Saya gegas memeluk istri. 

"Setuju. Terima kasih idenya." Saya tersenyum senang. 

Insya Allah, mulai malam Sabtu depan, akan ada 'bayi baru' kelompok baca kitab kami, KELANA LANGIT. 

Kawan-kawan yang ingin bergabung membaca, atau sekadar menyimak, mangga hadir tiap malam Sabtu ba'da Isya di Mesjid As-Sa'adah Ciganitri-Bandung.

Selasa, 12 Mei 2015
Jelang malam sambil menemani istri mengisi pelatihan menulis 
bagi siswa Madrasah Mu'allimin Yogyakarta 

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar