Rabu, 08 April 2015

DOWNLOAD CEPAT DENGAN INDIHOME


“La tansaana, ya Hakeem. (Jangan lupakan kami ya) ” Pesan Nafi’, seorang kawan berkebangsaan Mesir, bersuara merdu kalau berdendang syair atau mengaji.

“Thab’an laa. Ha natawashal dayman ‘abra al-internet, masyi? (Ya, tentu. Kita akan selalu berkomunikasi lewat internet, oke?)  Saya meyakinkannya.

“Assalamu’alaikum.” Saya menutup dialog karena harus segera boarding.

Saat itu saya pamit meninggalkan kampung halaman kedua setelah Indonesia. Satu negeri yang dikenal dengan sebutan negeri seribu menara. Saya lambaikan tangan seraya berucap, ilaa al-liqa’ (sampai berjumpa kembali). Bibir ini enggan melontarkan kata, wada’an (selamat tinggal) Sebab berharap suatu saat bisa kembali lagi.

Rasa hati antara sedih dan gembira kala itu bercampur aduk. Sedih lantaran harus meninggalkan negeri yang mengayakan diri ini dengan ilmu. Gembira karena saatnya berkumpul dengan keluarga di tanah air.

***

Sepulang ke Indonesia, saya kerap berkomunikasi dengan si Nafi’ melalui jejaring sosial. Bertukar kabar soal kondisi Mesir terkini. Terutama aktifitas dia mengajar mengaji. 

Selain itu, dia sesekali mengirim link-youtube rekaman penampilan Nasheed dia ke saya. ٍTerlebih saat ramadhan tiba dan dia kerap diundang stasiun televisi untuk bersenandung atau mengaji.

Tukar sapa lewat jejaring sosial terbilang lancar. Tapi ketika harus membuka youtube atau download link yang dia kirim, saya nyerah deh. Saya kesulitan membukanya. Pasalnya? Memang kuota internet-nya terbatas dan lelet.

Sesekali saya coba membukanya di warnet. Wah, sama saja. Apalagi kalau sedang penuh pengunjung. Kuotanya pasti saling berebut. He he.

“Eh ra’yak fi ‘ardh bita’I ana? (Bagaimana menurutmu penampilanku?) tanya Nafi’ satu ketika.

“Hm..kuways (hm, oh bagus)Jawabku agak tersendat. Saya sendiri belum membuka seluruh link-
nya tersebab internet tidak kencang. Yang saya tahu suara dia memang bagus.

Cukup lama saya jarang membuka link-link penting di youtube kiriman Nafi’ karena terkendala jaringan—kecuali ketika beberapa bulan saya tinggal di Eropa, karena internet di sana ‘ngacir abis’—akhirnya belum lama ini saya dikabari kawan yang telah memasang IndiHome.



***
“Aiwah!” Saya terangguk-angguk gembira.

Katanya, Indihome memuat tiga layanan utama. Pertama, Telepon Rumah (Voice); Kedua, Internet on Fiber atau High Speed Internet; Ketiga, layanan Usee TV Cable. Biasa juga dikenal dengan Interactive TV.


Keunggulan IndiHome adalah 100 % kabel yang digunakan adalah Fiber Optic, bukan lagi Kabel Coax/tembaga. Wah, kalau sudah Fiber Optic yang digunakan, maka Bandwidth-nya up to 100 Mbps, sangat stabil, tidak perlu perawatan secara berkala, lebih tahan dari gangguan gelombang elektromagnetik, dan dipastikan aman dari sambaran petir.

Saya tersenyum renyah. Apalagi saat IndiHome menawarkan GRATIS nelpon 1000 menit lokal atau interlokal per-bulan.

Senyum saya kian merekah. Terutama karena ada 18 TV lokal dan 81 TV Internasional yang disiarkan IndiHome dengan layanan Interactive TV. Maksudnya, bisa menayangkan ulang acara live TV tertentu dalam rentang waktu 7 hari ke belakang (TV on Demand), bisa pula menikmati fitur Pause and Rewind, dan Recorder TV. 


Berarti dengan hanya memasang IndiHome, kita sudah memperoleh tiga layanan sekaligus. Belum lagi terdapat fasilitas tambahan lain jika berminat. Fitur tambahan tersebut berupa wifi, selular, digital  music, global call, dan Home automation. Delapan layanan dalam satu paket tersebut (Octuple Play) tentu demi mendukung perkembangan gaya hidup dan kebutuhan kita.

"Seperti kamu yang kepayahan men-dowload link video kiriman teman kamu di Mesir, video kajian ilmu yang berbobo langsung dari para pakar dari Timur Tengah, maka dengan paket IndiHome ini, semua bisa teratasi," Paparnya.

"Ditambah lagi, sebagai penyuka tayangan olahraga, film dokumenter, atau berita luar negeri, kamu bisa terpuaskan dengan layanan three in one ini. Coba deh!" Jelasnya.

Hm, saya berpikir menerawang. Sumringah dong.

Meski terbentang jauh dari kawan saya di daratan Afrika sana, namun dengan layanan internet yang kencang dari Indihome, saya tidak akan lagi kesulitan mengaskses link yang dia kirim untuk saya. Terutama yang berisi banyak kajian ilmu yang tidak dapat saya peroleh langsung dari Mesir.

Jadi, usai berkelana dan menetap di Indonesia, IndiHome dari TELKOM  akan jadi pilihan.




Nikmat Yang Kerap Terlupa

Anas bin Malik RA bercerita, ada dua orang bersin di dekat Nabi Muhammad SAW. Beliau mendoakan (tasymit) salah seorang dari keduanya, namun tidak mendoakan seorang yang lain. Ditanyakan alasannya, Rasul menjawab, "Sebab, orang yang satu mengucapkan 'alhamdulillah', sedangkan yang satu lagi tidak membacanya." (HR Bukhari).

Jadi, orang yang bersin dan tidak membaca alhamdulillah, tidak layak didoakan karena tidak syukur nikmat. Padahal, bersin termasuk salah satu nikmat dari Allah SWT yang manfaatnya sangat besar. Menurut Ibnul Qayyim, bersin dapat mengeluarkan uap dari dalam otak yang jika dibiarkan akan berbahaya. (Zadul Ma'ad 2: 438).

Bersin merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegah masuknya zat asing ke dalam tubuh. Ketika bersin, udara kotor keluar dengan keras melalui hidung dan mulut berkecepatan sekitar 161 km/jam.

Bahkan, Dr Michael Roizen, wellness officer Cleveland clinics menegaskan, bersin merupakan kegiatan yang positif karena berfungsi membersihkan faring (rongga antara hidung, mulut, dan tenggorakan). Dalam Syarh Riyadhus Shalihin, Syekh Utsaimin mengutarakan, bersin dapat menggiatkan otak dan meringankan tubuh.

Untuk itulah, setelah bersin, sejatinya membaca hamdalah sebagai bukti syukur kepada Allah SWT. Rasul bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian bersin, ucapkan 'alhamdulillah' (segala pujian bagi Allah). Dan hendaklah orang yang mendengarnya mendoakan dengan ucapan yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu). Dan orang yang bersih tadi membaca doa yahdikumullahu wa yushlihu balakum (semoga Allah memberikan hidayah dan memperbaiki keadaanmu)." (HR Bukhari).

Hamdalah merupakan doa paling utama. (Lihat hadis riwayat Tirmidzi). Imam Al-Sindi menyatakan, hamdalah mengandung pengertian dua jenis (fungsi) doa, yaitu menyanjung (tsana`) dan mengingat Allah SWT (zikir); serta mengajukan permohonan (thalab) agar nikmat ditambah.

Padahal, dengan berzikir saja, Allah menjamin akan memberikan lebih dari yang diminta. "Siapa orang yang lebih sibuk mengingat-Ku (berzikir) daripada meminta sesuatu kepada-Ku, ia akan Aku berikan sesuatu melebihi yang orang-orang mohon." (Hadis Qudsi).

Lain bersin, lain pula menguap (tatsâ`ub berarti layu dan malas). Menguap terjadi karena minimnya oksigen dalam tubuh. Biasanya, orang menguap saat kondisi tubuh lelah, malas, bosan, atau mengantuk. Karenanya, Nabi SAW bersabda, "Menguap itu dari setan. Oleh karenanya, jika menguap, tahanlah sebisa mungkin. Sebab, jika orang menguap hingga terucap 'ha', setan tertawa menyaksikannya." (HR Bukhari).

Setan tertawa gembira karena menyukai kemalasan. Sedangkan Islam sangat anti dengan kemalasan dan menganjurkan umatnya untuk giat beramal. Nabi SAW pun selalu berlindung dari sifat malas (kasal). Wallahu a'lam.

Selasa, 29 Juni 2010, 08:39 WIB
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/06/28/122135-nikmat-yang-kerap-terlupakan

Rabu, 01 April 2015

CATATAN GURU [1] TANGIS DAN TAWA


Malam Sabtu, bakda Isya minggu lalu, kami sama-sama terhenyak. Saya dan jamaah kecil pengajian kitab di mesjid kampung kami ditohok salah satu ungkapan seorang penyair Arab. Kata-katanya menusuk kalbu kami. Rangkaian kalimatnya membuat kami merenung dalam-dalam.

“Ibumu melahirkanmu dalam keadaan kamu menangis, wahai anak cucu Adam. Sementara orang di sekelilingmu tertawa gembira (dengan kehadiranmu)
Maka (gemar) berbuat baiklah kamu. Supaya ketika orang-orang menangis di hari kematianmu, kamu justru tersenyum bahagia.”
***
Ketika kepergian orang ditangisi, pertanda dia orang berharga. Biasanya kebaikannya terhadap orang lain pun banyak. Sehingga dia menyimpan kesan mendalam di hati orang-orang. Inilah tipe orang bahagia. Orang-orang menangis di hari kematiannya, sementara dia sendiri tersenyum karena tak lama akan menuai hasil amal baiknya.

Lain halnya orang durjana dan durhaka. Kematiannya dirindukan orang akibat sikapnya yang meresahkan. Orang-orang gembira dengan kepergiaannya, sementara dia sendiri menangis dan menderita di alam barzakh karena kelakuan buruknya.
***
Setelah satu setengah jam berlalu, saya menyuruh para perindu ilmu itu untuk menutup kitab. Tuntas sudah dua bahasan (Al-Abhats Al-‘Arabiyyah; kupas bahasa Arab dan Al-Abhats Al-Balaghiyyah; kupas keindahan bahasa Arab:Balagah) dari lima bahasan utama dari setiap hadis yang dipaparkan Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Guru besar di Universitas Umm Al-Qura, Mekkah dalam bukunya, Min Kunuzi Al-Sunnah (terjemah bebas; Mutiara Sunnah)

“Insya Allah Jumat depan kita lanjutkan pada Al-Abhats Al-Nahwiyyah (Kupas Nahwu;Gramatika Bahasa), Al-Ta’rif bi Ar-Rawi (Mengenal perawi hadisnya), dan Asy-Syarh Al-Adabiy (Paparan Sastrawi) dari hadis pertama kitab ini” Pungkas saya.

Kali kedua pertemuan tersebut menyisakan PR besar untuk kami soal tangis dan tawa. Sebab tak mudah menjadi manusia yang ditangisi kepergiaannya oleh karena jasa dan budi baiknya.

*Catatan ringan dini hari ditemani suara guyuran hujan di langit Ciganitri