Selasa, 09 Juni 2009

I Sing, Not Just For Fun!

Sore itu tiba-tiba saya diajak berkumpul di sebuah beranda musholla al-Mahbubiyyah ?pondok tempat pelatihan bahasa Arab diselenggarakan- oleh teman seangkatan penerima beasiswa pendidikan di universitas tertua di dunia yang terletak di negeri seribu menara, Mesir. "Karena kamu bisa musik."


Alasan pertama yang aku dengar darinya. Ternyata dia sedang mengumpulkan teman-temannya untuk membentuk sebuah tim nasyid. Sepertinya dia mengetahui saya pernah bergelut cukup lama di dunia musik dari teman sealmamater di daerahku. Saya memang sejak kecil sudah bisa memainkan berbagai alat musik terutama gitar dan organ. Bahkan ketika masih sekolah berseragam putih merah, saya sering diajak keliling memenuhi undangan tampil di acara-acara hiburan pernikahan.

Semua orang sudah mengetahui kemahiran saya memainkan organ. Lagu-lagu yang sering ditampilkan adalah lagu dengan syair-syair yang mendeskripsikan sikap yang tidak sopan, tidak senonoh, mendorong orang untuk melakukan kemesuman sepeti, peluklah daku dan jangan kau lepas lagi, atau, ku diciumnya, ku dipeluknya aduh hai sungguh senangnya..dan sebagainya. Saat itu saya tidak pernah menganggap kata-kata itu melanggar etika dan agama,

mungkin karena pengetahuan agama saya sangat minim, disamping juga karena usia saya yang masih belia. Setelah saya menginjak remaja, dan sering diajak mengaji ke majlis ta'lim, saya sering mendengar penjelasan ustadz-ustadz tentang banyak hal. Diantaranya tentang hiburan menurut Islam.

Ternyata Islam memiliki rambu-rambu dalam hiburan. Diantaranya, hiburan tidak boleh melenakan dan menyesatkan. Firman Allah: "Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (QS. Luqman (31):6)

Juga tidak boleh disertai dengan hal yang haram seperti sambil mengumbar dan mempertontonkan aurat. Firman-Nya: "Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar (QS.Al-A'raf (7):33)

Saya juga mendengar penjelasan tentang dosa orang yang membuka jalan keburukan akan seperti dosa pelakunya. Termasuk kategori membuka jalan keburukan, mengajak orang lain lewat syair-syair untuk melumrahkan perbuatan jelek, mendorong orang lain berbuat mesum, berdusta, free sex, syirik, dan sebagainya. Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang menunjukan jalan kebaikan akan mendapatkan pahala seperti pelakunya. Dan barang siapa yang menunjukan jalan keburukan akan berdosa seperti pelakunya." (HR.Muslim).

Cukup lama saya merenungi keterangan-keterangan itu sampai akhirnya saya berkesimpulan untuk meninggalkan dunia hiburan yang pernah saya lakoni itu. Saya khawatir mendapatkan ancaman seperti yang dipaparkan didalam hadits tadi.

"Kalau memang hal ini akan menjadi lahan dakwah dan mengajak orang lain untuk berbuat baik, sedekah, menebar salam, menyemai kedamaian dan kerukunan, menyadari eksistensi dirinya di dunia, dan sebagainya, mengapa saya tidak melakukannya? Ujarku mantap merespon ajakan teman saya itu. Jika dengan syair kita, orang lain jadi tersentuh untuk mengenal lebih jauh tentang Islam dan keindahannya, mengapa saya harus menolak," gumamku sesaat kemudian. Akhirnya, saat ini saya masih menikmati indahnya hiburan bernuansa seruan kepada keindahan Islam.
By:Risyan Nurhakim
Alumnus Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, 2008. Penikmat seni
* Aku dalam cerita diatas saya persembahkan untuk Rico, yang sekarang harus dipercaya menjadi khadimul Quran (hafizh) dan menjadi Imam di sebuah mesjid di Pojok Kairo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar